Jumat, 24 Agustus 2007

RAISYA PULANG



Subhanallah..Allah Maha Besar, masih terngiang di telinga ini dengan pasrah dan berjuta pengharapan Ibunda Raisya berkata "Untuk Raisya… Mama mendoakan agar Raisya tetap tabah karena Raisya kuat. Mama terus berdoa agar Raisya dapat kembali…. Mama dan Abah tidak diam dan terus mengusahakan agar Raisya pulang. Raisya banyak-banyak baca ayat Kursi, semoga penculik diberi hidayah dan menjaga Raisya dengan baik, Mama yakin ALLAH SWT akan menjaga jiwa dan raga Raisya " tutur Risma Machsinta Talib, ibu kandung Raisya Said.

“Dia anak yang cerdas. Suka membaca dan berenang. Dia juga anak yang taat pada orang tua dan agama. Dia selalu berkata ingin memakai jilbab,” ucap Risma tersenyum. “Biasanya dia suka bilang, ihh Mama… Yang paling teringat oleh saya, kalau tidur dia selalu minta ditemani. Sambil membacakan cerita, saya suka mengelus seluruh bagian tubuhnya,” timpalnya. “Saya sangat merindukannya…,” ujar ibu kandung Raisya lirih.

" Saya Harus Tabah, jika saya tidak tabah dan bersabar justru saya tidak membantu Raisya, Saya telah menyerahkan semuanya pada ALLAH SWT, Saya yakin Raisya dalam lindungan ALLAH SWT, karena Setiap orang punya takdir, Sejak dia dilahirkan, ALLAH SWT telah menuliskan surat takdir untuk masing-masing orang, Takdir bisa menentukan Raisya pergi dalam pelukan saya atau tidak, Apabila Raisya pergi dengan cara seperti ini, saya Ikhlas" Ujar Ibunda Kandung Raisya.

Alhamdullilah berjuta rindu dan Doa itu kini dikabulkan ALLAH SWT, Raisya Pulang, Raisya kembali setelah diculik tak kenal rimbanya selama 9 hari, kini putri kecil nan cantik tersebut kembali kepangkuan Mama dan Abahnya tercinta. Ada rasa membuncah dalam jiwa ini melihat lansung dalam siaran televisi siang, tak tersa pipi telah basah dibuatnya (Tertegun jiwa berbisik lirih, " Ya Allah berikan hamba putra-putri langit nan soleh dan soleha seperti Raisya") sosok kecil dengan jilbab putihnya terlihat lucu dan sangat tegar, meski sesekali rona wajahnya terlihat kebingungan menatap berjuta pasang mata melihatnya, lampu sorot kamera yang tajam sedikit membuatnya gundah dan gelisah, sepertinya perjalanan 9 hari tak bersama mama dan abahnya masih meninggalkan jejak rekaman jiwa yang nelangsa.

Berjuta senyum kini merekah indah, ketika gundah gelana yang mengundang berjuta cinta dan harap berdoa agar Raisya pulang, bahkan banyak dari tokoh bangsa ini yang peduli dan senantiasa ikut Berharap cemas dalam hari- hari kerjannya, tak tertinggal SBY- JK dan beberapa Mentri kabinetnya, P Hidayat Nur Wahid, Bang Yos dan masih banyak lagi elemen bangsa yang peduli, rekan-rekan media, lsm serta kepolisian semua ikut bahu membahu mencarinya.

Semoga niat tulus dan ikhlas kepudilian pemimpin bangsa kita tetap terjaga dalam setiap jengkal waktu dan nafasnya demi negeri tercinta ini, Karena bisa jadi 1 dari sekian banyak kasus seperti Raisya juga terjadi diseluruh pelosok bangsa kita dari dulu hingga detik ini, bahkan bisa jadi sejak lahir telah banyak bocah bangsa ini yang telah dijadikan dijadikan Raisya baru secara tidak langsung oleh pemimpin bangsa kita, mereka telah diculik oleh kerakusan dan ketamakan kekuasaan pemimpin bangsa yang zalim.

Begitu indah hidup ini, berjuta hidayah, berjuta hikmah bisa kita raih dalam setiap helaan nafas ini bila senantiasa kita mengepakan sayap syukur dan sabar kita, Semoga semua kejadian ini membawa kita lebih mendekatkan diri pada Rabul Izzati, saat kekuasan dunia dikerahkan, saat manusia mencari dan kelelahan, saat hampa rasa menghimpit, saat harapan berperang dengan kepasrahan, saat keyakinan tipis senantiasa berharap, saat kesedihan membuat gundah,Yakinlah Bila kita bisa berdiri dengan kaki kita sendiri, Bila kita senantiasa berusaha dengan ikhlas berharap dan Berdoa, bersabar dan Beryukur padaNya....

Yakinlah ALLAH SWT Tidak pernah Tidur... Yakinlah ALLAH SWT akan mendengar Pinta dan Harap kita, Yakinlah ALLAH SWT sayang pada kita semua, Yakinlah ALLAH SWT sayang pada Raisya, Alhamdullilah Raisya pulang, Allahuma Ana....















Selasa, 21 Agustus 2007

EPILOG MIMPI

Malu seharusnya terlahirkan
bila kesucian tidak lagi terputihkan
ketika rasa hampa menghantui
yang ada hanya senyum tipis
menhujampun tidak terbayang
kegelisahan bermetaforosis
dalam beku dan gelapnya malam


Melangkah lagi terjatuh dalam lubang
Rasa hampa yang terpenatkan
ketika mata terpicingkan
indah wangi ternyata sampah
kusam runyam tak bertuan
berteriak bisu hanya mengumam
dalam lorong kepedihan

beku hati ini tertawa dalam tangisnya
merah mata pahit terpantulkan
pedih mengiris darah menghujam
senyum tampak terbersitpun tidak
yang ada hanya jeritan penantian

lemah diri terpenjara sepi
rasa luka menghantui langkah
malu terkukung dalam kerangkeng nafsu
tersumbat bisu dalam mulut kehidupan
fananya mimpi membungkam nurani

Jalan putih terang terbentang
hitam lewati gapai Ilahi
dalam langkah kokoh mencari
bukan nafsu atau kefanaan duniawi
tapi putih jiwa dan bersihnya kedamaian hati
dalam relung sanubari meski hanya
Epilog mimpi